Jumat, 17 September 2010

AMBIL TANGANKU, KUAMBIL TANGANMU


Apakah itu inti dari “Persahabatan”?, adakah hanya sebatas ketulusan, kejujuran, kebersamaan, kegembriaan, maupun saling memberi? Akankah persahabatan itu hanya dimaknai sebagai “bahagia bersama”? Yang pasti, dan inti atau hakikat dari persahabaanitu adalah bagaimana kita saling percaya dan juga meyakini kebersamaan.
Akan tetapi, dapatkah kebersamaan itu dapat dilakukan diantara banyak komunitas pada zaman ini? Sering kita apatis. Namun, saya tetap yakin bahwa kebersamaan itu masih tetap banyak dijunjung tinggi. Tetap saja ada teman yang mau mati untuk sahabatnya. Ada saja sahabat yang mau berkorban tanpa pamrih pada teman yang sudah dianggapnya sebagai saudara.
Mestinya kita tetap yakin bahwa banyak teman kita yang percaya dan meyakini persahabatan itu sebagai kesatuan hidup. Mereka mementingkan persahabatan ketimbang keinginan individualnya. Mereka tahu bahwa kebahagian teman adalah bahagianya juga, begitu pula sebaliknya bila berduka.
Ambillah tanganku, kuambil tanganmu; kuambil tanganmu, kau ambil tanganku!  Begitulah mestinya persahabatan. Kita tidak perlu takut menderita bila kita memiliki sahabat. Kita tak perlu ragu meraih cita-cita bila kita masih memiliki teman. Kita tak perlu bingung bila kita masih saling memberi dan saling menerima. Kita adalah satu yang dipersatukan pada “percaya” dan “yakin” bahwa kita saling menyelamatkan.
Pada dasarnya kalaulah kita menyimak inti dari makna kehidupan yang sebenarnya adalah kesimbangan dan perpaduan dalam sebuah tim, akah itu dalam suatu keluarga, persahabatan, dan reka kerja serta dalam percintaan. Kita tak perlu menunggu teman meminta kita untuk menolongnya ketika kita lihat ia membutuhkan kita. Kita tak perlu menawarkan bantuan. Kita tak butuh basa-basi. Sebab mestinya kita langsung bersikap, brtindak, taking action, tanpa pelu diminta.
Jika kita memang bersahabat, maka janganlah tidak tulus, jaganlah tidak jujur, janganlah ada niat buruk yang terselubung, tidak boleh ada trik untuk saling tipu, tidak boleh menyakiti, tidak boleh merugikan teman,. Begitu pula dalam padunya suatu tim kerja dalam segala aspek kehidupan, dimana kita harus menemptkan diri sebagai sahabat yang memainkan perannya sebagai mana mestinya.
Setidaknya ada lima poin yang harus dibangun untuk memaksimalkan ruang-ruang kebersamaan diantara sahabat. Pertama, kita harus tahu menempatkan diri pada posisi, situasi dan kondisi yang dialami sahabat kita baik di waktu senang maupun dikala duka. Kedua, jangan memikirkan apa yang akan didapatkan terlebih dahulu untuk kepentingan diri sendiri. Ketiga, tetap menjaga kebersamaan yang tulus tana dinodai kepentingan tertentu. Keempat, saling mempercayai satu sama lain. Dan yang kelima, meyakini tujuan bersama yang ingin dicapai.
Memang sangat sulit rasanya untuk mewujudkan persahabatan yang murni bila tetap saja ada keraguan diantara sesama teman. Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa sejarah telah memberi bukti sepanjang masa bahwa persahabatan selalu saja ada yang menodainya. Dan akibatnya, mereka menuai kehancuran!
Lantas adakah kita ingin hancur hanya karena  ada diantara kita yang berkhianat? Tentulah tidak. Namun, tidak bijak pula jika kita saling curiga bahwa ada yang berkhianat. Sebab, persahabatan itu tetaplah saling memberi : ambil tanganku, kambil tanganmu; kuambil tanganmu, ambillah tanganku.

Editing  dari buku SYL “Kuambil tanganmu, kau ambil tanganku”.


Kutipan
Kahlil Gibran : You give but little you give of your possessions. It is when you give of yourself that you truly give. For what are your possessions but things you keep and guard for fearyou may need them tomorrow?
Yang berarti :    Kamu hanya bisa memberi secuil bila pemberianmu bersumber dari perbendaharaan hartamu. Namun, bila kamu memberikan dirimu maka itulah pemberian yang sejati. Karena apakah perbendaharaan itu kalau bukan benda-benda yang kamu simpan dan kamu jaga dilandasi kekhawatiran bahwa kamu mungkin akan membutuhkannya esok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar